Jumat, 26 Desember 2014
Jupe Uye Sikat 8,32 detik, Tercepat Di Bebek 4T 130 TU
Speed_ID. Event bertajuk Mizzle Honda Dragbike Championship seri-8 juga partai final. Lomba yang berlangsung di sirkuit Loceret Berbek, Nganjuk, Jatim itu diikuti 337 starter. Balapannya sehari doang Minggu 21 Desember 2014.
Yang rame saat diputar babak final Bebek 4T TU 130 cc yang masuk dalam hitungan poin. Adi S Tuyul bersaing ketat dengan Ivan Bangun, ketat juga pada perolehan poin. Makanya keduanya ke sana dari pada ikut di event AHRS di Indramayu.
Sayangnya di final Tuyul yang berbendera Andyspeed itu harus terlempar dari lima besar dan hanya ke-8 dengan 8,610 detik. “Saya terlalu terbebani. Maunya main bagus, tapi saat start melakukan kesalahan,” jelas Tuyul.
Pesaingnya Bangun yang gas Jupi Uye hanya mampu 'membangun' catatan waktu 8,564 detik dan ke-5. Makanya Chaka Bolo yang naik motor sama dengan Bangun mengunci juara kelas ini dengan 8,384 detik. Chaka sengaja memilih start paling buncit untuk intip kesalahan cara bawa Bangun dan Tuyul lalu mengoreksinya.Selain itu beban mentalnya juga tipis dibanding Tuyul dan Bangun.
Sama juga dengan Bendol si mekanik Jupi Uye yang sehari sebelumnya mengoreksi grafik power dan torsi lewat knalpot terbaru. Kata Bendol durasi kem sikit mulur. "Sebelumnya durasi noken-as 274o yang kali ini naik 2o," terang mantan anak didik Mlenthiz itu semberi bilang mapping CDI Rextor Prodrag diubah pada Jupiter Z warna kuning itu.
Sementara Dadank Japronk yang betot Jupi Wijaya kali ini menyerah dengan sensor satu titik alias terkena jump-start. Sama juga Yopi yang geber Supra milik Saiful, tunduk pula dengan sensor tadi.
Sumber : maniakmotor
Sumber : maniakmotor
Rosidi Juara Matic 200cc, Kiatnya Saat Pemanasan Ban
Speed_ID. Ayib Rosidi kembali membuktikan jagoan menggeber motor tanpa kopling dan persneling di drag bike. Di Final Drag Bike AHRS yang berlangsung di Indramayu, Jawa Barat pada Minggu siang jelang sorre 21 Desember dia juara di Matic 200. Kelas ini langsung ke babak final tanpa penyisihan dengan kondisi sirkuit yang masih lembab akibat hujan dari pagi sampai siang.
Toh Rosidi yang membela Bill Speed Wahana Baru tetap meluncurkan matiknya di aspal yang sebagian masih ada genangan. Dengan ban IRC Eat My Dust yang dibikin lebih kempes dari biasanya, ia melaju mantap tanpa terbebani kondisi lintasan.
Terlihat Rosidi menguasai tenaga motor yang kompresinya disetel Wahana pada 13:,7:1. Tenaga dari kompresi ini kepegang oleh Rosidi. “Saya punya cara sendiri menangani sirkuit yang agak basah. Saya panaskan ban lebih lama dari biasanya dengan cara burn out, lihat saja grip ban tetap maksimal. Kebetulan tenaga motor pas settingannya,” jelas Rosidi soal kiatnya pada matik yang memakai karbu PE 28 yang direamer jadi 30 mm itu, katanya
Memang tak main-main di sirkuit yang masih lembab Rosidi mencetak 7.719 detik. Catatan yang fantastis dengan papan pengumuman dari pimpinan lomba bahwa race berlangsung basah. Lawan-lawannya nyaris semuanya diawali spin yang banyak. Mereka kerepotan meluruskan motor yang bikin time melorot.
Sekadar tahu saja, saat berita ini diketik masih berlangsung race-race final walau waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 di Indramayu. Maklum jadwal molor akibat hujan dari pagi.
Sumber : maniakmotor
Sumber : maniakmotor
Bebek TU 200cc 4T Tercapat 7,439 Detik Menggunakan Sensor 1 Titik
Speed_ID. Time 7.439 detik di sensor 1 titik, sudah luar biasa. Itu dicetak Suzuki Fu Conk di Bebek 200 cc. Dengan catatan segitu sudah pasti FU ini merajai podium 1 sampai 3 di Honda Dragbike Championship yang Minggu 21 Desember di Nganjuk, Jatim. Itu sekaligus membayar kelalahan Conk dari FU DKMS asal Malang, Jatim, minggu lalu.
Adalah Tony Cupank yang berbendera tim T.Y.B K-Ijo Speedshop itu berhasil 'mencupank' 7,439 detik. Catatan itu sekaligus jadi yang tercepat di lintasan sirkuit Jl. Loceret Berbek, Nganjuk, mengalahkan waktu Sport 2T TU 155 yang hanya selisih 0,11 detik tepatnya 7,450 detik (Dadank Japronk).
Diakui Angga yang manager sekaligus pemilik tim Kolor Ijo. Cupank kali ini dibekali motor yang langganan dipakai Cupank saat drag TPM. Motor ini hanya ikut event besar dan selebihnya jadi pajangan, makanya jarang keliatan batang knalpotnya di drag Jatim. Hehe..
Diakui Conk Fu geberan Cupank mesinnya tak banyak berubah dari seri TPM lalu, "Hanya kompresi yang naek jadi 14:1 untuk menambah gaya gedor," kata Conk pada FU yang memiliki durasi pada dua kem 265° in dan out pada angka sama. Conk memang tak hadir di drag Nganjuk dan AHRS lantaran masih dalam suasana duka paska meninggalnya si nenek sehari sebelum event.
Kompresi tadi kata Conk guna menutupi bobot Cupank yang 48 kg. Beda bila dinaiki Alvan Chebonk di hari yang sama ikut Drag AHRS di Indramayu, kompresi turun dikit lagi, tergantung siaapa yang diunggulkan. Lagian Cupank lebih senang torsi basar di iputaran bawah. Ditambah lagi sensor yang dipakai saat drag Nganjuk kemaren model satu titik, jadinya ya gampang buat Cupank juara di sana.
Demikian juga Jhon PK yang dapat 7,614 detik dan kedua juga pakai Fu Conk tapi beda mesin. Nah yang digas Jhon ini motor milik orang Papua. Sama juga tercepat ketiga disikat Ivan Bangun dengan FU Kete-Kete, lagi-lagi korekan Pak Conk. Timenya 7,614 detik. Meski Conk tak merinci kedua mesin tadi tapi bisa ditebak korekannya masih satu aliran.
Sementara itu Arif Tijil yang jadi andalan FU CMT karya Cak Moed hanya berlari 7,692 detik dan kelima. "Memang masih meraba-raba cara bawa FU baru ini. Beda dengan karakter FU sebelumnya," kata Tijil yang kali ini harus rela diasapi Putra Bocil dengan FU yang sama. Bochil berhasil keempat dengan 7,651 detik atau lebih cepat 0,41 detik dari Tijil.
Sumber : maniakmotor
Sumber : maniakmotor
Rabu, 24 Desember 2014
Chebonk vs Chodox Pakai FU yg Sama, Siapa Pemenangnya?
Speed_ID. Minggu 21 Desember 2014 Bertempat di jalan Bumi Patra Indramayu Jawa Barat, mempertontonkan pertarungan sengit antara Alvan Chebonk dan Eko Sulistyo Chodox. Sebenarnya sih udah biasa keduanya bertemu dibelakang lampu start track 201 meter, namun yang menarik kali ini adalah mereka menggunakan motor yang sama. Nah lho :D
Satria FU bermesin 200cc milik Tomo Speed Shop (TSS) yang menjadi saksi bengisnya kedua rider papan atas Drag Bike Indonesia tersebut. Sementara itu Dwi Batank dan FU Solo yang dinantikan oleh untuk meladeni kedua punggawa TSS itu tak nampak di Seri terakhir gelaran AHRS Drag Bike 2014 ini.
Keduanya mampu mengeksekusi dengan baik aba-aba start dari sensor lampu tanpa ada gejala roda berputar di tempat (spin), tidak juga mengurangi kecepatan yang dibutuhkan pada kondisi lintasan yang mana masih terlihat basah dan ada genangan air disekitar 30 meter selepas start. “Dalam kondisi begini tenaga harus diatur dari slip kopling,” kata Chodox yang diamini Cebonk.
Chodox memang lebih berpengalaman dengan umur sebentar lagi kepala tiga. Di karir Drag Bike kondisi lintasan seperti itu sudah berulang kali ditemuinya. Dibanding Cebonk yang umurnya belum kepala 2. Terlihat jelas dari start, power Chodox lebih besar. Mudah mengamatinya, karena keduanya menggunakan motor yang sama.
Chodox yakin tindakan yang diambilnya. Terlihat 30 meter awal roda depannya masih ngangkat, tanda power masih terus dirawat. Bandingkan dengan Chebonk yang justru lebih hati-hati. Jelas Chodox lebih diunggulkan saat itu karena pengalamannya.
Ternyata memang benar, Chodox yang dijagokan pun berhasil mengguli Chobonk dengan time 7,620 detik disusul Cebonk 7,668 detik. Sebenarnya sampai posisi empat masih mencetak 7.6 detik sekian-sekian. “Memang kondisi lintasan yang masih lembab bikin saya terlalu hati-hati. Kelas ini juga langsung final yang semuanya serba kira-kira” ungkap Cebonk dengan sportif mengakui keunggulan seniornya dengan motor sama.
Photo : maniakmotor
Chebonk didorong Kopling 6 per di Bebek 130 TU
Speed_ID. Final Bebek 130 TU 4T di seri penutup Drag Bike AHRS sudah berlangsung Minggu malam. Toh, Alvan Cebonk tetap maksimal merlarikan motornya di Indramayu, Jabar. Dia juara dengan Jupiter Z milik MBKW2 asuhan Mletiz yang teknisi IndoPrix itu.
Catatan waktunya lumayan tajam 8,285 detik. "Justru malam aspal malah membaik. Bekas hujan dari pagi sampai siang pada Minggu 21 Desember 2014 itu sudah normal. Lagian, kan biasanya para mekanik dan pembalap drag nyeting motor malam-malam bro hehee" ungkapnya.
Menurut Chebonk ia tak melakukan kesalahan dan konsentrasinya sangat baik. Motor juga mau diajak sesuai naluri. *ciee pake hati* :P
“Tarikannya sangat spontan. Antara pergelangan tangan membuka gas dan tenaga pada seperti satu perintah,” kata Chebonk mengandaikan dengan logat Jawa Timur yang kental. Cebonk ditempel ketat oleh Iping Child dari HDR Plat F Tara Speed yang pakai Yamaha Crypton dengan 8,336 detik.
“Tarikannya sangat spontan. Antara pergelangan tangan membuka gas dan tenaga pada seperti satu perintah,” kata Chebonk mengandaikan dengan logat Jawa Timur yang kental. Cebonk ditempel ketat oleh Iping Child dari HDR Plat F Tara Speed yang pakai Yamaha Crypton dengan 8,336 detik.
Cukup tau aja, Jupiter racikan Mletiz memang bekerjasama dengan kopling SYS terkenal dengan teknologi enam pegasnya. Perangkat kopling yang dipercaya bisa mentrasfer semua tenaga mesin yang telah dimodifikasi racing. Kopling ini juga terkenal untuk motor harian yang tanpa mengubah apa-apa langsung terasa bedanya dengan kopling standar. Kalau nggak percaya coba aja beli. hihihii
Jupiter ini juga memakai teknologi terbaru CDI Rextor ProDrag 2. “Makanya walau kompresinya tinggi yang mencapai 14,5:1 akan tetapi pemetaan tenaganya bisa diatur dari CDI. Torsi yang dibutuhkan untuk start bisa disetel dari CDI ini lewat fitur "Launch Control" sesuai dengan bobot Cebonk yang hanya 37 kg. Sedang karbu PWK28 hanya menyesuaikan lewat jarum dan spuyer,” jelas Ajay, wakil Mletiz yang datang ke Indramayu.
Sumber : maniakmotor
Sumber : maniakmotor
Minggu, 14 Desember 2014
All FU Malang di Final Bebek 4T 200cc Time 7.612 Detik
Speed_ID. Duel Suzuki Satria FU karya mekanik Malang terjadi di Bebek 4T 200cc. Di sana, GM Drag Buke Bondowoso pada Minggu 14 Desember ada FU Conk yang dikorek Fauzan Conk dan FU CMT yang dikorek Cak Moed. Di Event yang berlangsung di Jl.A.Yani, Bondowoso, Jatim.
Kali ini FU Conk dan FU CMT yang langganan juara di drag bike TPM, nyatanya harus takluk pada FU DKMS yang digas Chaka Bolo. FU korekan Doni ini menjadi yang tercepat dengan 7,612 detik saat final Bebek 200.
Doni mengaku punya jurus khusus. Tentu jurusnya bukan langkah seribu, tapi pake gerinda dan ampelas yang berulang-ulang agar papasan lobe pada noken-as presisi. "Durasinya dibikin 265o dengan lift in 8,5mm dan out 8,3mm,” kata Doni, mekanik asal Kepanjen, Malang, Jatim.
Itu untuk mengatur keluar-masuk bahan bakar pertamax plus yang dipompa oleh piston LHK diameter 72 mm. Sudah bisa ditebak dengan oktan 95, kompresi cukup 12,8:1. “Dengan kompresi begini, tenaga dari bawah cukup diatur dari pengapian dan knalpot. Tapi motor akan diuntungkan dari jarak 75 meter sampai finish,” analisa Doni dengan mimik juara. Maklum, mampu mengalahkan motor spek jawara.
Sedang karya Mr.Conk yang pakai mesin baru pesanan dari Jakarta itu hanya 7,668 detik di posisi kedua lewat Dadank Japronk. Katanya, itu lumayan dengan spek motor yang baru hidup. Sedang Cak Moed yang hadir di Bondowoso saat ditanya juga mengaku sedang coba-coba ajian lain buat turun tahun depan. Makanya hanya ketiga dengan time 7,719 detik.
Lalu bagaimana dengan FU V-Reinz yang di pengantar kemarin akan melakukan perlawanan?? Sayangnya Jhon PK yang jadi eksekutor harus takluk dengan sensor satu titik alias Jump-start.
Sumber : maniakmotor
Sumber : maniakmotor
Eko Chodox Dipinang 3 Tim, Rp.20jt / Kelas
Speed_ID. Berumur 29 tahun (3 Maret 1985), Eko Sulistyo Chodox tak lagi muda, tapi untuk ukuran segitu masih produktif di trek lurus. Kan lurus doang. Makanya pesona ayah satu putri itu tetap memikat, termasuk 2014 di tengah gempuran joki-joki muda macam Alvan Cebonk (Nganjuk), Adi S Tuyul (Surabaya), dan Hendra Kecil (Magelang).
Di ujung musim 2014 ini, masih menunggu kabar akan berlabuh di tim mana 2015 mendatang. Maklum saja, tahun lalu Chodox catat rekor nilai kontrak tertinggi bersama tim Abirawa (Jakarta). Meski akhirnya di tengah musim malah bubar, Chodox tetap tak patah semangat, loncat terus macam gelasnya si Kodok.
Sambil menuju event di Wonosari, Gunung Kidul, Jogja (14/12) ini, Chodox bercerita soal tahun depan sudah ada pinangan dari tiga tim. “MPK (Pasuruan), Simple Concept (Magelang) dan satu tim asal Semarang yang masih silient yang telah menghubungi,” ungkap Chodox.
Model kontrak di drag bike, bisa saja Chodox main pada tiga tim itu. Yup, kontraknya dihitung dari kelas yang diikuti, “Minimal sudah ada 6 kelas, per kelas 20 juta-an. Target kembali juara umum,” yakin Chodox yang masih enggan komentar soal kejurnas drag bike model region. Ya, enggan lantaran belum ada gambaran macam apa, jangan-jangan sama saja dengan sebelumnya. “Tapi kalo memang serius, tim juga support, karena dari mereka dana pembalap bisa ikut semua seri,” kata Chodox.
Selain cerita kontrak, Chodox berharap ada regulasi yang jelas dan tegas. Itu terkait dengan pengakuan catatan waktu . “Time di drag bike itu penting, sangat bergengsi buat tim, mekanik, pembalapnya, penonton dan event drag bike itu sendiri. Macam mana, bila catatan saat ini masih belang, karena personal timing system yang belum seragam, termasuk di dalamnya jarak tempuh dan peraturan setiap event,” tutup Chodox yang belakangan pun mulai ‘fasih’ dengan sensor 1 titik.
Sumber : maniakmotor
Sabtu, 13 Desember 2014
Ninja Potter ok, Chodox komentar time dibawah 7 detik di solo
Di di drag bike Jombang memang segitu catatannya, malah itu yang tercepat. Bukan hanya itu, podium dua dan empat juga disikat Ninja MPK Speed itu lewat Galang Rizky (7,466 detik) dan Eko Chodox (7,573 detik). Di kelas sama di drag bike Solo, Jateng, itu nggak ada apa-apanya. Event di Solo ini sedianya di Stadion Manahan, tapi dipindah ke sirkuit Brigif 413 Majobalan, Bekonang, Sukoharjo. Lagi-lagi Ninja Yuda lewat Alvan Cebonk bikin heboh, 6,983 detikya, UWOOOOOW.
Itu artinya Ninja Yuda lebih kencang dong?? "Aah… mana bisa disimpulkan macam itu. Kan banyak faktor yang menentukan. Misalnya model sensor start. Di Jombang ini pake model satu titik. Sedang di Solo masih model biasa. Itu baru model sensor, belum factor lain yang masih banyak variabelnya,” analisa Chodox yang diamini Potter.
Ninja Yuda dan Ninja Potter, sebenarnya barusan ketemu di event TPM beberapa minggu lalu di Delta Mas, Cikarang. Saat itu korekan Potter yang unggul. Tapi di seri sebelumnya di event sama Ninja K-Ijo yang juara. Ya saling mengalahkan laah. Keduanya punya catatan waktu yang tipis-tipis.
Chodox juga sebut selain faktor sensor yang bikin selisih waktu jauh di Solo dan Jombang soal kondisi sirkuit. Saat final di Jombang kondisinya basah oleh hujan. Sudah barang tentu aspalnya berubah licin meski tekanan angin ban pada roda belakang sudah dikurangi.
Tapi Chodox bilang yang namanya catatan waktu apalagi ke-1 ya harus dihargai. Katanya, itu sudah usaha optimal dari pembalap, mekanik dan tim.
Sumber : maniakmotor
Sumber : maniakmotor
Langganan:
Postingan (Atom)